Banjir di Canggu dan Berawa: Kronologi Singkat

Pada Senin, 15 September 2025, hujan deras mengguyur Bali, khususnya pttogel Kabupaten Badung dan sekitarnya. Curah hujan yang tinggi membuat debit air sungai meningkat pesat hingga akhirnya meluap. Akibatnya, kawasan Canggu dan Berawa di Kecamatan Kuta Utara kembali dilanda banjir.

Sejumlah lokasi terdampak cukup parah, antara lain Gang Sri Kahyangan di Berawa, Jalan Pantai Batu Bolong, serta area shortcut Canggu–Tibubeneng. Air menggenangi permukiman, jalan utama, hingga vila-vila wisata. Di Gang Sri Kahyangan, ketinggian air bahkan mencapai sekitar 75 sentimeter, membuat banyak tamu vila harus dievakuasi atau memilih pindah ke hotel lain.


Penyebab Utama

  1. Curah Hujan Ekstrem
    Hujan deras sejak pagi memicu peningkatan volume air yang tidak mampu ditampung oleh sistem drainase dan sungai.

  2. Debit Sungai yang Meluap
    Aliran sungai yang tak lagi sanggup menahan air membuat air tumpah ke jalan-jalan dan permukiman di sekitarnya.

  3. Saluran Air Tersumbat
    Banyak saluran irigasi dan drainase yang tidak terawat dan tersumbat sampah, menyebabkan air yang seharusnya mengalir ke sungai justru balik ke pemukiman.

  4. Topografi dan Drainase Lokal
    Beberapa area permukiman dan jalan memiliki kontur rendah serta saluran pembuangan yang tidak memadai, sehingga genangan bertahan lebih lama.

  5. Keterbatasan Infrastruktur
    Meskipun pompa air telah dikerahkan, kapasitasnya tidak mencukupi untuk mengimbangi derasnya air dan sulitnya akses alat berat ke lokasi banjir.


Dampak Banjir

  • Kerusakan Properti
    Rumah, vila, dan kendaraan warga mengalami kerusakan akibat air setinggi pinggang orang dewasa. Perabotan rumah tangga banyak yang rusak dan membutuhkan biaya perbaikan besar.

  • Gangguan Pariwisata
    Canggu dan Berawa adalah destinasi wisata populer. Banjir membuat wisatawan merasa tidak nyaman, beberapa di antaranya terpaksa membatalkan pemesanan dan pindah hotel.

  • Lalu Lintas Terganggu
    Jalan-jalan utama seperti Jalan Pantai Berawa dan shortcut Canggu–Tibubeneng tidak bisa dilalui dengan normal. Banyak kendaraan mogok dan terjadi kemacetan panjang.

  • Risiko Kesehatan
    Air yang menggenang membawa sampah dan limbah, meningkatkan potensi penyebaran penyakit dan memerlukan pembersihan lingkungan secara menyeluruh.

  • Kerugian Ekonomi
    Pemilik vila, pelaku usaha lokal, dan warga harus menanggung biaya besar untuk perbaikan, evakuasi, serta kehilangan pemasukan akibat terhentinya aktivitas bisnis.


Langkah Penanganan

Pemerintah daerah bersama warga bergerak cepat menanggulangi banjir. Dinas terkait mengerahkan pompa air untuk mempercepat surutnya genangan, sementara warga dan petugas membersihkan sampah dan pohon yang menghalangi aliran air. Hingga kini tidak dilaporkan adanya korban jiwa, dan sebagian besar warga mulai membersihkan rumah setelah air mulai surut.


Permasalahan Struktural

Meskipun upaya tanggap darurat telah dilakukan, banjir ini menyingkap sejumlah persoalan mendasar:

  1. Normalisasi Sungai yang Minim
    Sungai dan saluran air tidak dikeruk dan dibersihkan secara rutin, sehingga kapasitas aliran menurun.

  2. Pembangunan yang Kurang Terkendali
    Pertumbuhan pesat vila dan perumahan kerap mengabaikan tata air dan ruang terbuka hijau, mengurangi area resapan.

  3. Sarana dan Akses Terbatas
    Pompa dan alat berat sulit masuk ke area permukiman yang sempit, memperlambat proses penanganan.

  4. Pengelolaan Sampah
    Sampah yang menyumbat saluran air memperparah luapan sungai dan menghambat aliran air ke laut.


Rekomendasi ke Depan

Untuk mencegah kejadian serupa, beberapa langkah strategis perlu dijalankan:

  • Normalisasi Sungai dan Saluran
    Pemerintah perlu melakukan pengerukan dan pelebaran sungai secara berkala agar kapasitas alirannya meningkat.

  • Perbaikan Sistem Drainase
    Drainase perkotaan dan permukiman harus didesain untuk menghadapi hujan ekstrem, termasuk saluran khusus air hujan yang memadai.

  • Pengaturan Tata Ruang
    Menetapkan area resapan air, membatasi pembangunan di kawasan rawan banjir, dan mewajibkan pemilik properti untuk menyiapkan sistem drainase sendiri.

  • Manajemen Sampah yang Lebih Baik
    Pembersihan saluran secara rutin dan edukasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan sangat penting untuk menjaga aliran air tetap lancar.

  • Sistem Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan
    Memasang sistem peringatan dini banjir, menambah jumlah pompa cadangan, serta meningkatkan kesadaran warga mengenai tindakan cepat saat banjir.

  • Kolaborasi Semua Pihak
    Pemerintah, masyarakat, dan sektor pariwisata harus bekerja sama dalam menjaga lingkungan. Pemilik vila dan hotel dapat dilibatkan dalam pemeliharaan saluran air di sekitar properti mereka.


Penutup

Banjir di Canggu dan Berawa kembali mengingatkan bahwa persoalan lingkungan, drainase, dan tata ruang tidak bisa diabaikan. Tanpa langkah nyata dan kolaborasi jangka panjang, kawasan wisata ini akan terus menghadapi ancaman serupa setiap musim hujan. Peningkatan infrastruktur, perbaikan tata kota, serta kesadaran kolektif menjadi kunci agar bencana banjir tidak terus berulang.