Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai pembatasan game online perlu diatur dengan fokus pada dua hal utama, yakni perlindungan anak di dunia siber dan pencegahan perundungan.
Hal ini menanggapi arahan Presiden Prabowo Subianto yang tengah mengkaji pembatasan game online karena dinilai berpotensi membawa pengaruh negatif.
Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah, menegaskan langkah pembatasan dapat menjadi bagian upaya proteksi anak dari paparan konten berbahaya di ruang digital.
“Ya, kalau memang, kalau untuk proteksi anak, ya harus, gitu,” ujar Margaret saat ditemui di RS Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (10/11).
Margaret menyebut, pihaknya telah melakukan pembahasan internal dan berencana menggelar rapat koordinasi untuk menindaklanjuti isu tersebut.
“Harus diatur. Nah, kami juga, kami baru bincang-bincang di internal komisioner ya, untuk mau mengajak rakor (rapat koordinasi) terkait dengan ini. Dua hal yang akan jadi konsentrasi kita,” jelas Margaret.
“Yang pertama terkait dengan perlindungan anak di dunia siber, kaitannya dengan bagaimana peningkatan atau penguatan pengawasan anak-anak, perlindungan anak dari konten-konten negatif di dunia siber. Yang kedua keterkaitannya dengan perundungan,” lanjut dia.

Ia menambahkan, ruang siber yang menjadi perhatian KPAI mencakup berbagai platform digital, termasuk media sosial dan game online.
“Ya kalau siber itu kan konten negatif semua lah. Pornografi, kekerasan, kemudian apa ajalah. Pokoknya hal yang bisa membawa negatif anak ya,” kata Margaret.
Sebelumnya, arahan Prabowo soal pembatasan game online itu disampaikan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi.

“Beliau tadi menyampaikan bahwa, kita juga masih harus berpikir untuk membatasi dan mencoba bagaimana mencari jalan keluar terhadap pengaruh pengaruh dari gim online,” kata Prasetyo Hadi usai rapat terbatas dengan para menteri dan jajaran di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu (9/11).
“Karena, tidak menutup kemungkinan, game online ini ada beberapa yang di situ, ada hal-hal yang kurang baik, yang mungkin itu bisa memengaruhi generasi kita ke depan,” lanjutnya.
Prasetyo kemudian mencontohkan salah satu game online yang memuat konten negatif yakni PUBG. Dalam game tersebut, sejumlah jenis senjata yang ditampilkan dan adegan kekerasan dapat menjadi inspirasi para generasi muda.
“Misalnya contoh, PUBG. Itu kan di situ, kita mungkin berpikirnya ada pembatasan-pembatasan ya, di situ kan jenis-jenis senjata, juga mudah sekali untuk dipelajari, lebih berbahaya lagi,” ujarnya.
Sumber :