Jakarta, Mei 2025 – pttogel Dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan di hadapan awak media dan jajaran pemerintahan, Presiden Terpilih Prabowo Subianto menyampaikan kabar menggembirakan: cadangan beras nasional Indonesia mencetak rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Pernyataan ini disambut optimisme tinggi, terutama dalam konteks ketahanan pangan nasional.
Prabowo menyatakan bahwa peningkatan signifikan ini menjadi langkah nyata menuju salah satu visinya yang paling ambisius: mewujudkan swasembada pangan.
Rekor Baru Cadangan Beras
Menurut data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog, cadangan beras nasional per Mei 2025 telah mencapai lebih dari 2,5 juta ton — jumlah tertinggi sejak tahun 2013. Angka ini mencakup beras dalam gudang Bulog, cadangan pemerintah daerah, serta stok cadangan komersial yang dikelola oleh sektor swasta dan petani.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menyebutkan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari strategi pembelian beras langsung dari petani lokal, peningkatan produksi di daerah sentra padi, serta pengelolaan impor yang tepat waktu dan terukur.
“Cadangan ini bukan hasil panik buying atau impor besar-besaran. Justru, tahun ini kita mengandalkan produksi lokal. Distribusi kita juga lebih efisien karena sudah banyak daerah surplus,” ujarnya.
Prabowo: Ini Awal Menuju Swasembada
Dalam pidatonya di hadapan petani dan aparat pemerintahan di Cilacap, Jawa Tengah, Prabowo menyatakan bahwa peningkatan cadangan beras ini adalah tonggak penting dalam perjalanan menuju kedaulatan pangan.
“Hari ini kita buktikan bahwa Indonesia bisa. Kita menuju swasembada pangan bukan hanya mimpi, tapi sedang kita jalankan langkah demi langkah,” tegas Prabowo diiringi tepuk tangan para petani.
Ia menambahkan bahwa dalam lima tahun ke depan, pemerintahannya akan memfokuskan investasi besar pada sektor pertanian, termasuk mekanisasi, riset bibit unggul, irigasi modern, serta insentif langsung kepada petani.
Faktor Keberhasilan
Beberapa faktor yang mendorong peningkatan cadangan beras tahun ini antara lain:
-
Musim Tanam dan Panen yang Ideal
Cuaca yang relatif stabil pada akhir 2024 dan awal 2025 memungkinkan panen raya berjalan sukses di wilayah sentra produksi seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Lampung. -
Program Subsidi Pupuk dan Benih
Pemerintah berhasil menyalurkan subsidi pupuk dan benih tepat waktu. Petani mendapatkan akses terhadap input pertanian yang lebih terjangkau dan berkualitas. -
Harga Gabah yang Stabil dan Menguntungkan Petani
Harga Gabah Kering Panen (GKP) tahun ini berada di kisaran Rp 6.000–6.500/kg, membuat petani lebih semangat menanam dan menjual hasil panen mereka ke Bulog. -
Revitalisasi Lumbung Pangan Desa
Sejumlah daerah telah mengaktifkan kembali lumbung pangan desa, memperkuat cadangan beras lokal untuk menghadapi kondisi darurat.
Pandangan Ekonomi: Dampaknya bagi Harga dan Inflasi
Para ekonom melihat rekor ini sebagai langkah strategis yang dapat membantu pemerintah menekan inflasi bahan pokok, terutama menjelang hari besar seperti Idul Adha dan tahun ajaran baru.
Menurut Dr. Faisal Basri, ekonom senior, keberadaan cadangan besar ini memberi pemerintah ruang intervensi yang lebih luas untuk menjaga stabilitas harga.
“Cadangan besar berarti Bulog bisa leluasa melakukan operasi pasar saat harga mulai naik. Ini penting untuk menekan gejolak harga beras yang selama ini menjadi penyumbang utama inflasi pangan,” ujarnya.
Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keberlanjutan dan kualitas dari cadangan tersebut. Penyimpanan, distribusi, dan rotasi stok harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan pemborosan atau penurunan mutu.
Respons Petani dan Masyarakat
Di tingkat akar rumput, para petani menyambut baik apresiasi pemerintah terhadap hasil produksi lokal. Sukiman (58), petani asal Karawang, mengaku lebih semangat menanam karena merasa hasil panennya dihargai dan dibeli dengan harga yang wajar.
“Dulu banyak yang rugi karena gabah tidak laku. Sekarang Bulog aktif jemput bola, harga juga bagus. Kita jadi semangat,” katanya.
Masyarakat umum juga merasakan dampaknya. Harga beras medium di pasar-pasar tradisional kini cenderung stabil di kisaran Rp 10.000 – Rp 12.000/kg, setelah sempat menyentuh Rp 14.000 di akhir tahun lalu.
Menuju Swasembada yang Berkelanjutan
Meski pencapaian ini patut diapresiasi, sejumlah tantangan masih mengintai. Di antaranya adalah perubahan iklim yang bisa memengaruhi siklus tanam, alih fungsi lahan pertanian, hingga ketergantungan pada impor bahan baku pupuk.
Prabowo menyadari tantangan tersebut dan berjanji akan mendorong diversifikasi pangan lokal, seperti jagung, singkong, sagu, dan sorgum, untuk mengurangi ketergantungan berlebih pada beras.
“Swasembada pangan tidak hanya tentang beras. Kita ingin anak-anak kita makan makanan sehat dari negeri sendiri. Kita punya banyak potensi, tinggal kita kelola dengan benar,” ucapnya dalam forum ketahanan pangan nasional di Bogor.
Penutup
Rekor cadangan beras nasional yang dicapai pada tahun 2025 menjadi angin segar dalam narasi pembangunan Indonesia. Di tengah ketidakpastian global dan ancaman krisis pangan internasional, keberhasilan ini menjadi simbol bahwa bangsa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam urusan pangan.
Namun, swasembada bukan tujuan akhir — ia adalah perjalanan panjang yang menuntut konsistensi, inovasi, dan kemauan politik yang kuat. Jika dikelola dengan baik, maka visi Prabowo untuk mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan Asia Tenggara bukan sekadar retorika, tapi kenyataan yang tinggal menunggu waktu.